ANUGERAH BIDADARI

Matahari bersinar terik. Sinarnya yang angkuh membuat udara sekitar menjadi panas tak tertahankan.
Altamyra telah terlindung dari panas yang menyengat itu, tapi sekujur tubuhnya tetap basah dan lengket
oleh keringat.
Dari jendela kereta, ia dapat melihat prajurit-prajurit yang mengawalnya. Altamyra heran. Dengan baju
besi yang tebal, mereka sama sekali tidak kepanasan. Di dalam ia merasa seperti berada di tungku
pemanas apalagi di luar.
Udara panas membuatnya jengkel. Semua orang di sekitarnya pasti mau mengipasi dirinya agar ia
merasa sejuk, tapi tetap saja percuma. Ia telah mengipasi dirinya dengan kipas bulunya, tapi yang
terkipas adalah udara panas.
Belum lagi bajunya yang tebal. Baju seindah ini selalu diimpikannya tapi tidak untuk saat ini.
Altamyra bersumpah bila ada yang memaksanya mengenakan baju bangsawan yang tebal di musim
panas, ia akan menolak mentah-mentah. Ia merasa heran mengapa gadis-gadis bangsawan mampu
mengenakan baju setebal ini di hari yang panas.
Beginilah kalau gadis miskin tiba-tiba mengenakan gaun indah yang berlapis-lapis. Ia terbiasa
mengenakan selapis gaun katun yang kasar. Di udara sepanas apa pun, ia merasa nyaman dengan
gaunnya. Sekarang ia benar-benar merasa tidak nyaman.
Kalau saat ini ia melihat danau atau sungai, ia pasti akan meloncat masuk tanpa berpikir panjang. Ia
benar-benar tersiksa dengan panas yang menyengat ini.
Altamyra merasa tertipu. Mereka berhasil membujuknya dan kini ia menderita karenanya.
Pinta mereka, “Kami mohon demi menyelamatkan…”
Altamyra mendengus kesal teringat kata ‘menyelamatkan’ itu. 
Siapa pun yang akan diselamatkannya, ia
tidak peduli lagi. Saat ini untuk menyelamatkan diri sendiri dari panas saja, ia tak mampu. Apalagi yang lain!?


Untuk Membaca halaman berikutnya download Novel Anugerah Bidadari klick disini